anakkereta77

youtube.com/channel/UCb1c9FyT7vlMz0Qj9OH4Wiw/about

Senin, 16 Januari 2023

Jangan Salah Pesan! Berikut Cara Membedakan Ekonomi Premium dan Biasa saat Memesan Tiket KA

Jangan Salah Pesan! Berikut Cara Membedakan Ekonomi Premium dan Biasa saat Memesan Tiket KA


KA Menoreh, KA yang beroperasi selama musim angkutan natal dan tahun baru dengan rangkaian ekonomi tegak 80 tempat duduk | Foto: Hansel ivander
 "https://s3.amazonaws.com/tawk-to-logos";

Anakkereta77 28/12 – Linimasa media sosial akhir-akhir ini sedang ramai akan keluhan pengguna KA kelas ekonomi komersial. Bagaimana tidak, sejumlah keluhan yang melayang merupakan kekecewaan pengguna atas fasilitas kereta yang tidak sesuai eksepektasi. Hal ini karena pengguna telah memesan tiket seharga sekitar 300 ribuan, berharap kereta kelas premium, tetapi ternyata keretanya adalah ekonomi 80 tempat duduk tegak Kemenhub.

Hal ini kemudian menjadi lebih membingungkan karena KAI sendiri saat ini baru membedakan Premium dan Ekonomi biasa tidak saat memilih KA. Melainkan saat melakukan pemilihan kursi dengan kode PRE-xx ataupun EKO-xx. Agar tidak salah pilih kereta, Tim Anakkereta77akan memberikan panduan membedakan kereta ekonomi premium dan biasa saat pemesanan tiket.

Pemesanan di KAI Access


Pada pemesanan di aplikasi KAI Access, pada saat pemilihan KA, pembaca akan diberikan tampilan hanya Eksekutif, Ekonomi, dan Bisnis seperti di bawah ini.


  Penanda CA, C, P, Q, S hanya menunjukkan subkelas pada suatu tiket. Subkelas ini tidak berpengaruh pada fasilitas yang pembaca dapatkan, melainkan hanya kuota harga. Urutan subkelas dari termahal sampai termurah pada kelas ekonomi adalah subkelas CA, C, P, Q, dan S. Subkelas P, Q, S umumnya hanya tersedia sangat sedikit dan seringkali tidak tersedia saat musim puncak ataupun akhir pekan.

Tampilan Ekonomi dan Premium baru akan terlihat pada pemilihan kursi. Untuk pembaca perhatikan, pola kursi pada kereta ekonomi 80 tempat duduk tegak dan Premium juga berbeda, seperti di bawah ini. Begitu juga dengan kode keretanya, di mana kode kereta Premium adalah PRE-xx, sedangkan ekonomi 80 tempat duduk tegak adalah EKO-xx.


Tampilan pilihan kursi kereta ekonomi Premium (kiri) dan ekonomi 80 tempat duduk tegak (kanan). Tampak juga kode PRE-1 (kiri) dan EKO-1 (Kanan). Catatan: Beberapa detail yang merupakan data pribadi Tim Anakkereta77sensor. | Sumber data: KAI Access


Tampilan riwayat perjalanan KA. Tampak kode kereta adalah PRE-1, tetapi keterangan kelasnya adalah Ekonomi dengan subkelas S. Catatan: Beberapa detail yang merupakan data pribadi Tim  Anakkereta77  sensor. | Sumber data: KAI Access


Semua subkelas mendapatkan fasilitas yang sama. Misal pembaca memilih Fajar Utama Yogyakarta subkelas S, fasilitas yang didapatkan sama dengan subkelas CA, yakni kereta Premium. Begitu pula misal pembaca yang memilih Bangunkarta subkelas CA, fasilitas yang didapatkan sama dengan subkelas S, yakni kereta ekonomi 80 tempat duduk tegak.


Pemesanan di Aplikasi dan Situs Web Lain

Sementara pada pemesanan di aplikasi lain seperti Traveloka, saat memilih kereta pembaca juga hanya mendapat keterangan Eksekutif, Ekonomi, atau Bisnis.

Kamis, 24 November 2022

Sejarah PO Mulyo - Bus Kebanggaan Wong Gombong, Sudah 75 Tahun Mengaspal

 

Sejarah PO Mulyo - Bus Kebanggaan Wong Gombong, Sudah 75 Tahun Mengaspal



                                     Mitsubishi Fuso BM 117L. Foto: motretsan/Instagram
 
Meski saat ini hanya mengandalkan bus bekas pakai, akan tetapi PO Mulyo berhasil mempertahankan eksistensinya.

Bagi Agan atau Sista yang berdomisili di Jogja, Kebumen, Gombong, Purworejo dan Purwokerto; pasti tak asing dengan nama PO Mulyo. PO dengan warna livery oranye dan putih dengan tulisan MULYOyang cukup besar di bodi busnya, sekilas livery bus Mulyo mengingatkan kita dengan bus Harapan Jaya. Tak mengejutkan, karena beberapa bus yang dipakai PO Mulyo adalah bekas pakai Harapan Jaya. Mereka pun kemudian sedikit merubah livery asli tersebut untuk digunakan pada armada busnya.

Bisa dibilang PO Mulyo adalah salah satu sesepuh di jalur Purwokerto-Jogja, bus ini pertama kali didirikan pada Agustus 1947 oleh Bapak Suratman. Nama "Mulyo" sendiri diambil dari nama anak beliau yang bernama Ino Mulyono. Untuk garasi PO Mulyo berada di Jl. Yos Sudarso No. 188, Gombong, Kebumen.

Awalnya PO Mulyo hanya melayani rute Gombong - Purwokerto dan Gombong - Jogja dengan kelas Ekonomi Non AC. Kemudian Pada 1962, PO Mulyo mendapat izin trayek Gombong - Kediri dengan memakai armada bus Dodge. Sayangnya trayek ini tak bertahan lama, nahas seminggu setelah beroperasi, bus Dodge tersebut menabrak pohon asem di Purworejo. Sejak saat itu, trayek Kediri - Gombong tak lagi digunakan. Pada tahun yang sama, PO Mulyo juga mendapat izin trayek Ciamis - Madiun. Tetapi yang digunakan hanya trayek dari Purwokerto sampai Jogja saja.






Awalnya PO Mulyo memang hanya melayani kelas bus Ekonomi Non AC, pada perkembangannya PO ini kemudian membuka kelas Patas AC dengan rute Gombong - Purwokerto serta Gombong - Jogja. Berlanjut pada 1990-an mereka juga membuka kelas Patas AC dengan rute Jogja - Purwokerto. Waktu itu mereka bersaing dengan PO Raharja, juga melayani trayek yang sama dengan kelas Patas AC.


Tapi, sama seperti PO Raharja, PO Mulyo gagal mempertahankan pelayanan kelas Patas AC di rute Jogja - Purwokerto. Pada akhirnya mereka hanya melayani kelas Ekonomi Non AC di rute tersebut. Dibandingkan PO Raharja yang armadanya habis tak bersisa, PO Mulyo masih sedikit beruntung; karena mampu mempertahankan operasional busnya. Walau mereka pada akhirnya hanya bisa membeli bus bekas pakai milik PO lain.



https://bit.ly/3pK8spD


Bagi Agan pecinta dunia bus (Bismania), tentu kenal dengan nama Volgren yang dimiliki PO Mulyo. Bus ini bisa jadi bus langka dijalurnya dan di Indonesia. Bus ini memakai chassis Mercedes Benz OH408, dibalut bodi buatan karoseri Volgren (Volvo & Grenda) yang berbasis di Australia. Sesuai namanya, karoseri ini awalnya hanya membuat bodi bus untuk chassis Volvo sampai 1989.

Setelah memasuki dekade 1990-an, mereka mulai membuat bodi bus untuk pabrikan lain, salah satunya adalah Mercedes Benz. Ada kisah unik terkait bus Volgren milik PO Mulyo, awalnya bus ini didatangkan oleh pemerintah pada 1992 untuk acara KTT Gerakan Non Blok. Waktu itu pemerintah membeli bus dari Australia, salah satunya ada bus buatan karoseri Volgren.

Setelah acara KTT usai, bus impor dari Australia ini diberikan kepada Damri, untuk melayani rute bus di beberapa daerah. Salah satu bus ini pernah dipakai Damri melayani rute Solo - Jogja pada 2012. Pada 2018, PO Mulyo membeli bus tersebut, dan digunakan sebagai armada cadangan. Artinya bus tidak beroperasi setiap hari. Sebelum dibeli PO Mulyo, Volgren sempat digunakan untuk antar jemput pegawai Dinas Perhubungan.


Foto: Hendra Wicaksono/Facebook



Mercedes Benz OH408 (Volgren) PO Mulyo. Foto: Sejarah Transportasi/Facebook

Yang unik dari bodi bus Volgren adalah pintu yang bisa dibuka secara otomatis, fitur ini masih bisa dipakai meski telah berpindah tangan ke PO Mulyo. Keunikan lain adalah kaca depan berbentuk cembung serta kaca samping yang bisa dibuka sebagian. Produk asli Volgren aslinya memakai plat besi, akan tetapi yang dikirim ke Indonesia memakai bahan alumunium.

Bus yang penulis maksud masih dalam kondisi terawat, remnya pun masih pakem. Bicara soal perawatan, PO Mulyo memang jempolan. Meski hanya memakai bus bekas pakai, mereka merawat busnya dengan telaten. Tak heran mereka masih bisa bertahan. Meski di setiker trayek tertulis trayek sampai Solo, bus ini sebenarnya hanya mengisi rute Jogja - Purwokerto.

Sampai Kapan Mulyo Bertahan ?

Sampai kapan PO Mulyo bertahan, pertanyaan ini sulit untuk dijawab; akan tetapi penulis berharap PO Mulyo masih akan tetap eksis di dunia transportasi darat. Armada PO Mulyo sendiri kebanyakan memakai armada seri Hino lawas bermesin depan seperti AK3 atau bus Mitsubishi Fuso. Meski hanya melayani kelas Ekonomi Non AC dengan armada bus yang kadang berbunyi errreekkk.....errrreekkkk. Akan tetapi PO Mulyo masih jadi pilihan para penumpang di jalurnya.

Meski bus Mulyo tak sebagus bus Efisiensi dalam hal tampilan luar, entah mengapa naik bus Mulyo selalu istimewa. Karena sesekali kita bisa bernostalgia mengenang masa kejayaan bus ini di jalurnya. Selain itu tampilan bus Mulyo yang klasik juga menawarkan suasana berbeda di tengah-tengah bodi bus kekinian yang sedang tren.

Bus Patas PO Mulyo masih aktif berdinas di tahun 2008. Foto: Arga S/Facebook

Selain garasi di Gombong, PO Mulyo juga punya garasi di dekat terminal Bulupitu, Purwokerto; garasi ini tak sebesar di Gombong. Hanya menampung 6 sampai 7 bus saja. Sekarang tak terasa sudah 75 tahun PO Mulyo mengaspal, dan entah sampai kapankah Mulyo akan terus melaju melawan zaman ? Jujur penulis sendiri hanya berharap Mulyo dapat terus bertahan melawan kerasnya zaman.

Dan seperti biasa, bagi Agan dan Sista yang punya pengalaman dan kenangan dengan PO Mulyo, jangan lupa untuk corat-coret di bawah. Sampai jumpa emoticon-Cendol (S)











Kamis, 17 November 2022

NPM, Usia Hampir Seabad Tetap Setia Menemani Perantau Sumatera Barat

 

NPM, Usia Hampir Seabad Tetap Setia Menemani Perantau Sumatera Barat

 Halo Agan dan Sista! Selamat pagi, siang, sore dan malam bagi Gansis di seluruh dunia! Kali ini, ane bakal bahas seputar NPM, yang berusia hampir seabad tapi masih tetap setia menemani perantau dari Sumatera Barat.


Melihat bus berwarna putih dengan livery ombak berwarna hijau, kuning, dan merah mengingatkan ane dengan NPM. Yup, NPM yang telah berdiri jauh sebelum proklamasi ini memang sangat terkenal di kalangan perantau. 

NPM yang merupakan akronim dari "Naikilah Perusahaan Minang" ini berdiri pada tahun 1932, ketika Baharuddin Sutan Babangso Nan Kuniang mendirikan sebuah perusahaan otobus yang melayani trayek-trayek dalam provinsi Sumatera Barat, yang dinamai "NPM".


Armada awal pada 30-40 tahun pertamanya adalah bus-bus seperti Dodge, dan bus Amerika lainnya. Barulah ketika Mercedes-Benz masuk dan merajai Indonesia, NPM mulai menggunakan Mercedes-Benz OF 1113 yang merajai saat itu.

Pada era 70an, NPM mulai membuka trayek AKAP jarak jauh, seiring dengan hadirnya PO-PO yang menghadirkan trayek AKAP jarak jauh. Trayek awalnya adalah Padang ke kota-kota di Pulau Sumatera, seperti Pekanbaru, Bengkulu, dan lain-lain.


NPM semakin diminati masyarakat dan semakin berjaya, lalu pada tahun 1980an NPM mulai membuka trayek ke Pulau Jawa. Inilah era kejayaan puncak pertama NPM. NPM terus menambah trayek, menambah armada, hingga pada krisis ekonomi 1998 NPM tiba-tiba menurun. Dari yang awalnya mengoperasikan ratusan armada, hanya 40an armada yang beroperasi, sebagian besar armada dijual untuk menutupi ongkos operasional.

Era akhir tahun 90an sampai 2000an inilah masa-masa tersulit NPM. Mulai dari krisis ekonomi sampai tergusur oleh tiket pesawat yang semakin murah. NPM semakin down, bahkan pada tahun 2009 hanya 29 armada yang ada dan beroperasi.


Di tahun 2009 inilah NPM mulai dipimpin oleh generasi ketiga, Angga Vircansa Chairul. Angga mulai berpikir, dan mulai memperbaiki pelayanan, menambah SOP, mengganti livery. Perlahan tapi pasti, NPM mulai bangkit dibawah kepemimpinan Angga.

Terus bangkit, terus berlari yang tadinya berjalan lesu. NPM berlari semakin kencang, dan sekarang hasilnya, NPM kembali menjadi pilihan masyarakat. Kursi-kursi terisi, dan armada bertambah. NPM akhirnya memasuki masa-masa kejayaan keduanya pada era sekarang ini.


NPM kini memiliki lebih dari 60 unit bus AKAP yang melayani trayek Sumatera-Jawa dan trayek dalam pulau Sumatera, dengan okupansi yang tinggi. Keuntungan perusahaan terus bertambah, dan NPM mulai melepaskan tameng di bus-busnya. Naikilah Perusahaan Minang sudah kembali naik daun dan dinaiki orang-orang.

Bicara seputar sasis, NPM selalu mengandalkan sasis Mercedes-Benz. Sedari dulu, NPM selalu setia dengan sasis Mercedes-Benz. Mulai OF 1113 pada awalnya, OH 1113, OH 1518, OH 1521, OH 1525, sampai saat ini OH 1526 dan OH 1626. Bahkan, NPM memiliki beberapa armada dengan sasis O500R 1836 yang merupakan sasis premium dari Mercedes-Benz. 


Kalau bicara seputar karoseri, armada terbaru NPM ini mengandalkan body besutan karoseri Laksana, Tentrem, dan Rahayu Santosa. Sayang, Rahayu Santosa sudah tutup, jadi NPM tak bisa lagi memesan body di karoseri RS tersebut. NPM juga punya beberapa armada dengan karoseri Adiputro, tetapi armada itu adalah armada lama.

Jenis body yang digunakan untuk armada terbarunya HD atau HDD. Sebab, kebanyakan sasis yang dimiliki oleh NPM tak support body SHD. O500R 1836 milik PO NPM juga belum di-rebody, jadi masih menggunakan body lama buatan Rahayu Santosa. 


Trayek yang dilayani oleh NPM beragam. NPM melayani trayek mulai Jakarta-Padang, Padang-Jambi, Padang-Medan, Padang-Pekanbaru, Padang-Bandung, dan trayek lainnya, dengan armada yang beragam dan body yang beragam.

Kelas yang dilayani oleh NPM setahu ane yang beroperasi saat ini terbilang sedikit, hanya Bisnis AC dan Executive Plus saja. Perbedaan ada di armada, fasilitas dan lain-lain. Untuk Bisnis AC, menggunakan armada dengan sasis lawas (biasanya masih pakai Kuler Jahat) dan body lawas, seperti Marcopolo atau body lain, serta tak ada charger USB. Sementara Executive Plus menggunakan armada dengan sasis terbaru, mulai OH 1526 sampai O500R 1836. Untuk body biasanya menggunakan body Legacy SR2 terbaru dari karoseri Laksana, serta dilengkapi dengan usb charger.


Harga tiket NPM ini termasuk murah, yaitu di kisaran 350.000 saja untuk Bisnis AC Padang-Jakarta, sementara Executive Plus selisih 100.000 dengan bisnis AC. Menurut ane, tiket NPM ini termasuk yang paling murah di kelasnya, dengan fasilitas yang lengkap.

Sistem penjatahan BBM dari NPM ini mungkin adalah "solar jatah". Jadi, driver bisa mengambil sisa uang jatah BBM bila menyetir dengan irit. Tujuannya tentu mengirit biaya sparepart, dan membuat penumpang menjadi nyaman karena driver umumnya tak ugal-ugalan.


NPM memiliki usaha di bidang penyewaan bus pariwisata dan bus AKAP. Seharusnya sih NPM memiliki usaha di bidang SPBU atau rumah makan, tetapi ane kurang tahu juga dan mungkin NPM memilikinya.

Bicara seputar pengalaman sih ane belum pernah Gansisemoticon-Frown. Sebab, kampung halaman ane ada di Jakarta, dan NPM mungkin belum melayani trayek Lampung-Jakarta. Serta, loket NPM tak ada di dekat rumah ane. Mungkin ane akan naik NPM bila ingin menuju ke Sumatera Barat.



Jadi, gimana pendapat Gansis seputar NPM? Oh iya, ane akan sangat berterima kasih bila Gansis mengoreksi informasi di thread ane yang salah!